Etika dalam Dojo
Sabtu, 07 September 2013
0
komentar
Karate sebagai seni tradisional sangat kental
dengan budaya Jepang. Karena wajib bagi seorang karate untuk memahami etika
(tingkah laku) yang dilakukan di dojo.
Umumnya latihan bela diri dilakukan tanpa alas
kaki, begitu juga dengan karate. Murid wajib menanggalkan alas kaki diluar
dojo. Latihan dengan menggunakan alas kaki adalah dilarang, karena berlatih
dengan kaki juga merupakan komponen penting.
Seragam latihan dijaga kebersihannya. Seragam
yang selalu kotor menunjukkan pribadi individu. Lebih bijaksana jika seragam
selalu diseterika sebelum latihan.
Sebelum masuk dojo tidak masalah apakah yunior
atau senior wajib membungkuk memberi hormat pada dojo. Hal ini menunjukkan
penghargaan tidak hanya terhadap dojo, namun juga apapun yang kita pelajari
selama latihan.
Sebagaimana yang dinasihatkan oleh Gichin
Funakoshi :
“Tanpa sopan santun kau tidak akan bisa
berlatih karate-do. Hal ini tidak hanya berlaku selama latihan saja namun juga
dalam hidupmu sehari-hari. Kata “dojo” sesungguhnya terdiri dari dua kata. “Do”
yang bermakna jalan atau cara, dan “Jo” yang berarti tempat. Ketika dua kata
ini digabung akan bermakna tempat dimana suatu jalan atau cara dipelajari. Dojo
adalah suatu tempat dimana kita belajar untuk hidup bersama-sama sebagai anggota
masyarakat. Ini adalah hal yang serius, karena itulah kita harus mengikuti
etika dojo. Ini adalah langkah awal berlatih karate-do.”
Segala asesoris dan perhiasan wajib
ditanggalkan. Murid yang memakai alat bantu seperti lensa kontak atau kacamata (yang
tidak mungkin dilepas) wajib berhati-hati. Dan tentu saja sadar akan resikonya.
Senior wajib untuk mengingatkan terutama untuk latihan yang berbahaya seperti
dalam kumite. Kuku tangan dan kaki tidak boleh panjang.
Adalah budaya di Jepang ketika seorang yunior
melihat seniornya wajib baginya berdiri dan membungkuk memberi hormat. Hal yang
sama berlaku pula dalam karate, dimana bertemu dengan senior/pelatih maka wajib
memberi hormat. Selain itu sesudah meditasi sebelum latihan, juga bila seorang
murid akan meninggalkan dojo wajib pula memberi hormat.
Para murid berdiri sesuai dengan peringkat
sabuk (kyu atau dan) menghadap pada senior. Mereka yang sabuk lebih tua berdiri
paling depan diikuti dengan yang lebih yunior. Ini menunjukkan budaya Jepang
yang menghargai senioritas.
Selama sesi latihan jika murid yang lain
berlatih sementara sebagian yang lain tidak, maka mereka yang tidak berlatih
duduk ditepi dojo dan memperhatikan. Hal ini juga berlaku dalam ujian atau
turnamen. Jika harus meninggalkan dojo lebih dulu wajib ijin pada senior.
Termasuk dalam sesi latihan dilarang saling
berbicara dengan murid yang lain. Hal lain adalah dilarang bertanya kepada
senior/pelatih kecuali memang diberikan kesempatan. Menguap dan sesekali
melihat jam selama latihan adalah hal yang tidak sopan dan dianggap tidak
disiplin, maka hal ini harus dihindari.
Jika datang terlambat, segeralah duduk dalam
posisi duduk meditasi (seiza) diluar dojo. Lakukan pemanasan sendiri (untuk
menghindari cedera) jika latihan sudah dimulai. Barulah kemudian berikan hormat
pada senior dan selanjutnya bergabunglah dengan yang lain setelah diberikan
ijin oleh senior.
Jika latihan sudah selesai, lakukan upacara
seperti sebelum latihan dimulai.
sumber: bandung-karate-club.blogspot.com/2012/01/etika-dalam-dojo.htm
Artikel terkait
:
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Etika dalam Dojo
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://perkasaluhurbudirendahhati.blogspot.com/2013/09/etika-dalam-dojo.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar